Tulisan ini saya tulis karena ada kawan yang bercerita tentang; menikah. ini sensitif sekali untuk saya ya ? :) haha.. tapi okelah.. setidaknya saya dapat pengalaman yang berharga tentang ini. kadang seorang manusia tidak tau batasan kehidupan tentang menikah seperti apa . apa sih menikah itu ? okey, untuk perempuan seumuran saya, saya cukup mengerti artinya menikah.. tidak hanya pengertian secara logis saja.. tapi saya sangat ingin mengenal sekali pernikahan secara agama. ya, agama saya tentunya.. dan dari tulisan ini dan kawan saya yang bercerita tentang 'menikah' saya temukan 'apa' dan 'kenapa' itu terjadi.
Well, Saya sering ngobrol, dengan kawan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya tanya alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: (fondasi apa pondasi sih ?) hehe. ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, (ini kawan saya yang ada di belanda sekarang :p) dan lain sebagainya lah ......
Dan seringkali pun saya mendengar obrolan laki-laki yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup.(ini obrolan sensitif pikiran laki-laki, saya mengerti.) untuk itu, saya hanya diam dan mencari jawabannya sendiri, 'i mean, untuk jawaban diri saya sendiri...'
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan. (lagi-lagi ini menurut saya looohhh.. laaa wong ini blog saya ya suka-suka sayaaa.... hehe..)
oke.. ini pertanyaan dan pernyataan saya tentang menikah.. saya kaitkan dengan beberapa artikel yang saya tidak sengaja saya temukan beberapa waktu lalu....
ini artikel yang saya temukan beberapa waktu lalu itu,
"Penikahan VS Pendapatan"
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya."Jika ternyata kita setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa kita merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, ini ibadah dan itupun juga ibadah."
woooww.. i got it !
Dan kesimpulan yang saya ambil dalam tulisan ini adalah, Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. pernikahan tidak mungkin diganti dengan cara apapun. misalnya kita dianjurin untuk puasa, itu hanyalah solusi, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. kita tidak perlu puasa. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan. (iya ga ? ini hanya perbedaan pemikiran dari 1 orang ke orang lainnya, contohnya kawan saya itu..) Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, oke, kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” kepada “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang terhadap seseorang atau itu pasangan kita, pasti kita menjalani hubungan itu penuh dengan kebahagiaan,,, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. !! amin... begitu menurut saya. Dan sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. and I think, Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati. (i trust to Allah SWT).
j'taime ..... ♥
you'll be the one that I'll love forever more....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar